Galaksi yang kita tempati hanyalah satu dari seratus milyar galaksi lainnya yang tergabung dalam supercluster (kumpulan galaksi). Diperkirakan supercluster-supercluster ini membentuk gugusan-gugusan lebih besar yang belum diketahui di mana tepinya.
Mengapa Allah Swt. membenci orang sombong dan berbuat riya. Mengapa Allah SWT tidak menyukai orang yang merasa dirinya hebat, kuat, pintar, dan lebih sehingga menyepelekan orang lain? Sebaliknya, mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk rendah hati, bersujud, tunduk, dan patuh kepada-Nya.
Ada banyak jawaban atas pertanyaan ini. Namun tidak salah jika kita menyimak fakta-fakta berikut. Kita adalah salah satu “makhluk kecil” yang Allah SWT ciptakan, selain binatang, tumbuhan, bebatuan, air, dsb. Sehari-hari kita tinggal di sebuah tempat yang menjadi bagian kecil dari kota. Kota tempat kita berada adalah bagian kecil dari sebuah provinsi. Provinsi yang kita tinggali merupakan bagian kecil dari sebuah Negara. Negara kita pun hanyalah bagian kecil dari sebuah benua, dan benua yang kita tinggali merupakan satu dari lima benua yang berada di planet bumi. Lihat perbandingannya. Saat berada di dalam kamar misalnya, ukuran tubuh kita berasa begitu besar. Namun ketika berada di dalam aula, tubuh kita menjadi lebih kecil. Akan lebih kecil jika berada di sebuah lapangan sepak bola. Begitu juga, akan lebih kecil lagi, jika berada di sebuah kota, provinsi, Negara, dan benua. Keberadaan kita menjadi tiada berarti jika pembandingnya adalah planet bumi tempat kita berada saat ini.
[caption id="attachment_5" align="alignleft" width="300"] Kedudukan Bumi dalam sistem tata surya[/caption]
Cerita belum usai. Ternyata, bumi hanyalah satu dari delapan planet anggota tata surya yang berputar mengelilingi matahari. Matahari pun hanya satu dari sekitar 100 milyar bintang yang tergabung dalam galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari jumlah sebanyak itu, hanya sekitar 6.000 bintang saja yang dapat kita amati dengan mata telanjang. Sekitar 300 di antaranya berada di atas horizon dan separuh ada di bawahnya.
Sesungguhnya, Bima Sakti bukan satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta. Ada banyak sistem serupa yang mengisi setiap sudut langit sampai batas yang bisa dicapai oleh teleskop terbesar yang dimiliki manusia. Jumlah keseluruhan galaksi yang dapat dipotret dengan teleskop berdiameter 500 cm di Mt. Palomar (Amerika Serikat), mungkin sampai satu milyar galaksi. Hal yang menarik, galaksi kita pun hanyalah satu dari seratus milyar galaksi lainnya yang tergabung dalam supercluster (kumpulan galaksi). Diperkirakan supercluster-supercluster membentuk gugusan-gugusan lebih besar yang belum diketahui di mana tepinya.
Menurut para ilmuwan, diameter (garis tengah) alam semesta ini mencapai 30 milyar tahun cahaya. Artinya, jika cahaya ingin menyebrangi alam semesta dari tepi kiri ke tepi kanan, atau sebaliknya, dibutuhkan waktu selama 30 milyar tahun cahaya. Padahal, dalam satu detik saja, kecepatan cahaya itu mencapai 300.000 km. Dengan kecepatan 300.000 km/detik, dalam waktu satu tahun cahaya akan menmpuh jarak sekitar 9,5 juta km. Coba hitung, berapa kilometer diameter alam semesta ini dan dibandingkan dengan diameter bumi kita yang luasnya hanya 510,1 juta km persegi. Bandingkan pula, dengan keberadaan diri kita di alam semesta ini. Pastinya, sungguh tiada berarti diri ini, padahal, alam semesta yang tak terkira besarnya ini, hanya sedikit saja dari kekuasaan Allah SWT yang tiada terbatas. Masih ada alam-alam lain ciptaan Allah SWT yang jauh lebih hebat dan lebih besar.
Itu dari segi ukuran. Jika dilihat dari perspektif waktu hidup, pasti lain lagi ceritanya. Usia manusia biasanya tidak lebih dari seratus tahun. Usia harapan hidup biasanya 50-70 tahun. Sekarang, bandingkan dengan usia bumi kita yang berangka milyaran tahun. Batuan-batuan bumi yang tertua diperkirakan terbentuk sekita 4,6 milyar tahun. Bekas-bekas kehidupan di bumi yang tertua diperkirakan sekitar 3,8 milyar tahun. Kehidupan makahluk yang bernama manusia diperkirakan baru sekitar 100.000 tahun. Apalagi kalau dibandingkan dengan usia alam semesta yang konon sudah 15 milyar tahun. Menurut hitungan para ahli fisika, 70 tahun usia manusia sebanding dengan 0,15 detik usia kosmis (usia alam semesta). Asal tahu saja, 1 detik kosmis sama dengan 475 tahun. Bila usia 70 tahun saja sebanding dengan 0,15 detik, berapa detik orang yang berusia 20, 30, 40, atau 50 tahun?
Karena itu, kita layak merenungka firman Allah SWT. “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui” (Q.S. Al-Mu’minuun [23]: 112-114). Ternyata, kita hidup hanya sekejap.
Melihat fakta-fakta ini, sangat tidak layak bagi kita berlaku sombong. Sungguh, manusia itu tidak ada apa-apanya. Dunia yang kita perjuangkan serta kita banggakan begiut kecil, tiada berarti dalam pandangan Allah. Plante bumi—di mana uang, rumah mewah, kebun, hewan ternak, mobil mewah, perusahaan, keturunan, jabatan, teman, tanah yang luas, lautan, danau, gunung, termasuk diri kita di dalamnya—hanya seserpih debufi tengah samudra bintang-bintang di alam semesta. Kita bisa mengungkap makna dari hadits, “Seandainya dunia itu berharga di sisi Allah, maka tak sefikit pun orang kafir akan mendapatkannya”. Saking tidak berharganya, Allah SWT berkenan memberikan bagian dunia kepada orang-orang kafir. Dalam pandangan Allah SWT, dunia beserta isinya tidak lebih berharga daripada sehelai sayap lalat.
Sekarang kita bisa memahami mengapa Rasulullah SAW dan para sahabat begitu mudah mendermakan harta yang dimilikinya untuk kebaikan. Dalam pandangan mereka, harta dunia tidak ada artinya dibandingkan keridhaan di sisi Allah SWT. kita pun paham akan makna sebuah hadits dari Rasulullah SAW bahwa, “Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi).Wallaahu a’lam.
Mengapa Allah Swt. membenci orang sombong dan berbuat riya. Mengapa Allah SWT tidak menyukai orang yang merasa dirinya hebat, kuat, pintar, dan lebih sehingga menyepelekan orang lain? Sebaliknya, mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk rendah hati, bersujud, tunduk, dan patuh kepada-Nya.
Ada banyak jawaban atas pertanyaan ini. Namun tidak salah jika kita menyimak fakta-fakta berikut. Kita adalah salah satu “makhluk kecil” yang Allah SWT ciptakan, selain binatang, tumbuhan, bebatuan, air, dsb. Sehari-hari kita tinggal di sebuah tempat yang menjadi bagian kecil dari kota. Kota tempat kita berada adalah bagian kecil dari sebuah provinsi. Provinsi yang kita tinggali merupakan bagian kecil dari sebuah Negara. Negara kita pun hanyalah bagian kecil dari sebuah benua, dan benua yang kita tinggali merupakan satu dari lima benua yang berada di planet bumi. Lihat perbandingannya. Saat berada di dalam kamar misalnya, ukuran tubuh kita berasa begitu besar. Namun ketika berada di dalam aula, tubuh kita menjadi lebih kecil. Akan lebih kecil jika berada di sebuah lapangan sepak bola. Begitu juga, akan lebih kecil lagi, jika berada di sebuah kota, provinsi, Negara, dan benua. Keberadaan kita menjadi tiada berarti jika pembandingnya adalah planet bumi tempat kita berada saat ini.
[caption id="attachment_5" align="alignleft" width="300"] Kedudukan Bumi dalam sistem tata surya[/caption]
Cerita belum usai. Ternyata, bumi hanyalah satu dari delapan planet anggota tata surya yang berputar mengelilingi matahari. Matahari pun hanya satu dari sekitar 100 milyar bintang yang tergabung dalam galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari jumlah sebanyak itu, hanya sekitar 6.000 bintang saja yang dapat kita amati dengan mata telanjang. Sekitar 300 di antaranya berada di atas horizon dan separuh ada di bawahnya.
Sesungguhnya, Bima Sakti bukan satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta. Ada banyak sistem serupa yang mengisi setiap sudut langit sampai batas yang bisa dicapai oleh teleskop terbesar yang dimiliki manusia. Jumlah keseluruhan galaksi yang dapat dipotret dengan teleskop berdiameter 500 cm di Mt. Palomar (Amerika Serikat), mungkin sampai satu milyar galaksi. Hal yang menarik, galaksi kita pun hanyalah satu dari seratus milyar galaksi lainnya yang tergabung dalam supercluster (kumpulan galaksi). Diperkirakan supercluster-supercluster membentuk gugusan-gugusan lebih besar yang belum diketahui di mana tepinya.
Menurut para ilmuwan, diameter (garis tengah) alam semesta ini mencapai 30 milyar tahun cahaya. Artinya, jika cahaya ingin menyebrangi alam semesta dari tepi kiri ke tepi kanan, atau sebaliknya, dibutuhkan waktu selama 30 milyar tahun cahaya. Padahal, dalam satu detik saja, kecepatan cahaya itu mencapai 300.000 km. Dengan kecepatan 300.000 km/detik, dalam waktu satu tahun cahaya akan menmpuh jarak sekitar 9,5 juta km. Coba hitung, berapa kilometer diameter alam semesta ini dan dibandingkan dengan diameter bumi kita yang luasnya hanya 510,1 juta km persegi. Bandingkan pula, dengan keberadaan diri kita di alam semesta ini. Pastinya, sungguh tiada berarti diri ini, padahal, alam semesta yang tak terkira besarnya ini, hanya sedikit saja dari kekuasaan Allah SWT yang tiada terbatas. Masih ada alam-alam lain ciptaan Allah SWT yang jauh lebih hebat dan lebih besar.
Itu dari segi ukuran. Jika dilihat dari perspektif waktu hidup, pasti lain lagi ceritanya. Usia manusia biasanya tidak lebih dari seratus tahun. Usia harapan hidup biasanya 50-70 tahun. Sekarang, bandingkan dengan usia bumi kita yang berangka milyaran tahun. Batuan-batuan bumi yang tertua diperkirakan terbentuk sekita 4,6 milyar tahun. Bekas-bekas kehidupan di bumi yang tertua diperkirakan sekitar 3,8 milyar tahun. Kehidupan makahluk yang bernama manusia diperkirakan baru sekitar 100.000 tahun. Apalagi kalau dibandingkan dengan usia alam semesta yang konon sudah 15 milyar tahun. Menurut hitungan para ahli fisika, 70 tahun usia manusia sebanding dengan 0,15 detik usia kosmis (usia alam semesta). Asal tahu saja, 1 detik kosmis sama dengan 475 tahun. Bila usia 70 tahun saja sebanding dengan 0,15 detik, berapa detik orang yang berusia 20, 30, 40, atau 50 tahun?
Karena itu, kita layak merenungka firman Allah SWT. “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui” (Q.S. Al-Mu’minuun [23]: 112-114). Ternyata, kita hidup hanya sekejap.
Melihat fakta-fakta ini, sangat tidak layak bagi kita berlaku sombong. Sungguh, manusia itu tidak ada apa-apanya. Dunia yang kita perjuangkan serta kita banggakan begiut kecil, tiada berarti dalam pandangan Allah. Plante bumi—di mana uang, rumah mewah, kebun, hewan ternak, mobil mewah, perusahaan, keturunan, jabatan, teman, tanah yang luas, lautan, danau, gunung, termasuk diri kita di dalamnya—hanya seserpih debufi tengah samudra bintang-bintang di alam semesta. Kita bisa mengungkap makna dari hadits, “Seandainya dunia itu berharga di sisi Allah, maka tak sefikit pun orang kafir akan mendapatkannya”. Saking tidak berharganya, Allah SWT berkenan memberikan bagian dunia kepada orang-orang kafir. Dalam pandangan Allah SWT, dunia beserta isinya tidak lebih berharga daripada sehelai sayap lalat.
Sekarang kita bisa memahami mengapa Rasulullah SAW dan para sahabat begitu mudah mendermakan harta yang dimilikinya untuk kebaikan. Dalam pandangan mereka, harta dunia tidak ada artinya dibandingkan keridhaan di sisi Allah SWT. kita pun paham akan makna sebuah hadits dari Rasulullah SAW bahwa, “Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi).Wallaahu a’lam.
Sumber :
Buku : "Ajaib bin Aneh : Jadi Insan Segala Tahu"
Komentar
Posting Komentar