Kita melihat sebuah kenyataan bahwa keberadaan Allah SWT yang absolut bisa dibuktikan dengan dua neutron yang ditabrakan sehingga bisa memasuki dimensi yang tidak bisa terlihat.
Sampai tahun 1900-an, manusia masih beranggapan bahwa atom adalah materi terkecil yang ada di alam semesta ini. Atom dianggap tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Wajar, jika atom dianggap sebagai materi terkecil, sebab ukurannya demikian kecil, yaitu sekitar 10 pangkat minus 10 atau 0,00000000001 meter.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemahaman ini berubah drastis. Diketahui bahwa atom tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi, berupa inti atom (nucleus) yang diputari oleh “planet-planet” bernama elektron. Inti atom berukuran sekitar 10 pangkat minus 14 atau 0,00000000000001 meter. Hal yang menarik, tata kerja partikel-partikel ini mirip dengan sistem tata surya kita. Mahasuci Allah, ternyata inti atom pun tidak dapat berdiri sendiri, ia pun masih tersusun atas partikel-partikel “super imut”bernama proton dan neutron yang berukuran 10 pangkat minus 15 atau 0,000000000000001 meter. Kegigihan para ahli fisika pertikel dalam meneliti atom kembali membuahkan hasil yang mencengangkan. Ternyata, proton dan neutron yang teramat kecil ini masih tersusun atas quark. Quark inilah yang sekarang dianggap materi sebagai materi terkecil. Ukurannya sulit dibayangkan, karena sangat kecil, yaitu 10 pangkat minus 18 atau 0,0000000000000000001 meter!
Apakah ada materi yang lebih kecil dari quark? Wallah a’lam. Otak manusia belum bisa menyingkapnya. Yang pasti, semakin kecil materi, bentuknya tidak lagi berupa materi, namun sudah berubah menjadi energi, sehingga lebih sulit lagi kita mengukurnya.
Gambaran tersebut membuat hati kita tergelitik. Jika dunia tempat kita berada, termasuk manusia beserta seluruh benda adalah kumpulan atom-atom yang tersusun atas partikel-partikel sangat kecil, yang kemudian berubah menjadi energi, berarti tidak ada lagi materi. Semua yang kita anggap sebagai materi, sehingga bisa kita indrai, sesungguhnya hanya sebentuk serapan energi saja. Benarkah seperti ini?
Jika diukur dari besar dan kecil definisi materi menjadi tidak jelas. Misalnya cahaya, dengan kedahsyatannya orang bertanya-tanya apakah cahaya itu materi atau energi. Menurut fisikawan terkemuka, Albert Einstein, cahaya adalah materi sekaligus energi. Artinya, ada materi yang sedemikian cepat spin-nya serta sedemikian kecil ukurannya dan dipancarkan dalam bentuk berkas-berkas energi. Jadi, pada materi ada energinya, dan pada energi pun ada materinya. Sebenarnya, materi yang semakin kecil tidak menjadi tiada, ia tetap ada, hanya saja ukurannya menjadi semakin kecil, bisa 10 minus 9, 18, 24, dsb. Diperkirakan ukuran panjang terkecil yang memiliki arti (disebut juga kuantum panjang atau panjang Planck) adalah 10 pangkat minus 33 atau 0,000000000000000000000000000000001 cm. Inti atom seratus milyar kali lebih besar dari panjang Planck ini! Dengan kata lain, bendanya terus ada, tapi kita tidak mampu lagi mengamatinya. Benar apa yang Allah SWT firmankan, “sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al-Qamar [54]:49).
Seperti apa proses pergantian wujud dari bentuk materi ke bentuk energi, sehinnga tidak dapat terindrai? Ada sebuah eksperimen cerdas yang dilakukan di pusat nuklir Uni Eropa CERN di Jenewa Swiss. Para peneliti mencoba menggunakan partikel akselerator. Salah satu bagian dari partikel yang disebut neutron, diputar berlawanan dengan arah spin-nya yang sebenarnya. Artinya, satu diputarkan kea rah kiri dengan kecepatan penuh, dan satu lagi ke sebelah kanan dengan kecepatan penuh pula. Mereka pun dibuat bertabrakan dengan target tetap atau dengan sesamanya. Ketika bertabrakan, mereka pun tidak lagi bisa diamati, alias hilang yang tinggal hanyalah energi.
Hasil percobaan ini bisa menjelaskan konsep anti dimensi atau dimensi baru. Bahwa sesuatu yang tunggal dan absolut memiliki energi yang maha dahsyat. Kita yang berkedudukan sebagai makhluk, bahasa yang digunakan masih berupa bahasa biner, satu dan nol atau nol dan satu, sedangkan Allah Al-Khaliq, bahasanya adalah qulhuwallahu ahad. Allah itu Ahad, tunggal dan tak terbagi. Ketika dua materi diputar dengan kecepatan sama, lalu ditabrakan, seolah-olah terjadi proses penyatuan, dari yang dua menjadi tunggal. Namun keduanya tidak akan pernah benar-benar bersatu. Mereka akan kembali berubah bentuk, karena mereka bukanlah Tuhan. Walaupun demikian, meskipun baru dua artikel atom saja yang digabungkan, tapi sudah tercipat energi yang besar sekali. Materinya tak lagi dapat dicermati, karena ia sudah berpindah ke dimensi lain yang tidak bisa lagi diamati manusia. Boleh jadi, itulah yang dinamakan dimensi malaikat, dimensi dimana Raqib dan ‘Atid mencatat semua amal yang kita lakukan. Kita pun melihat sebuah kenyataan bahwa keberadaan Allah yang absolut bisa dibuktikan dengan dua neutron yang ditabrakan, sehingga bisa memasuki dimensi yang tidak bisa terlihat.
Wallaahu a’lam.
Sampai tahun 1900-an, manusia masih beranggapan bahwa atom adalah materi terkecil yang ada di alam semesta ini. Atom dianggap tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Wajar, jika atom dianggap sebagai materi terkecil, sebab ukurannya demikian kecil, yaitu sekitar 10 pangkat minus 10 atau 0,00000000001 meter.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemahaman ini berubah drastis. Diketahui bahwa atom tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi, berupa inti atom (nucleus) yang diputari oleh “planet-planet” bernama elektron. Inti atom berukuran sekitar 10 pangkat minus 14 atau 0,00000000000001 meter. Hal yang menarik, tata kerja partikel-partikel ini mirip dengan sistem tata surya kita. Mahasuci Allah, ternyata inti atom pun tidak dapat berdiri sendiri, ia pun masih tersusun atas partikel-partikel “super imut”bernama proton dan neutron yang berukuran 10 pangkat minus 15 atau 0,000000000000001 meter. Kegigihan para ahli fisika pertikel dalam meneliti atom kembali membuahkan hasil yang mencengangkan. Ternyata, proton dan neutron yang teramat kecil ini masih tersusun atas quark. Quark inilah yang sekarang dianggap materi sebagai materi terkecil. Ukurannya sulit dibayangkan, karena sangat kecil, yaitu 10 pangkat minus 18 atau 0,0000000000000000001 meter!
Apakah ada materi yang lebih kecil dari quark? Wallah a’lam. Otak manusia belum bisa menyingkapnya. Yang pasti, semakin kecil materi, bentuknya tidak lagi berupa materi, namun sudah berubah menjadi energi, sehingga lebih sulit lagi kita mengukurnya.
Gambaran tersebut membuat hati kita tergelitik. Jika dunia tempat kita berada, termasuk manusia beserta seluruh benda adalah kumpulan atom-atom yang tersusun atas partikel-partikel sangat kecil, yang kemudian berubah menjadi energi, berarti tidak ada lagi materi. Semua yang kita anggap sebagai materi, sehingga bisa kita indrai, sesungguhnya hanya sebentuk serapan energi saja. Benarkah seperti ini?
Jika diukur dari besar dan kecil definisi materi menjadi tidak jelas. Misalnya cahaya, dengan kedahsyatannya orang bertanya-tanya apakah cahaya itu materi atau energi. Menurut fisikawan terkemuka, Albert Einstein, cahaya adalah materi sekaligus energi. Artinya, ada materi yang sedemikian cepat spin-nya serta sedemikian kecil ukurannya dan dipancarkan dalam bentuk berkas-berkas energi. Jadi, pada materi ada energinya, dan pada energi pun ada materinya. Sebenarnya, materi yang semakin kecil tidak menjadi tiada, ia tetap ada, hanya saja ukurannya menjadi semakin kecil, bisa 10 minus 9, 18, 24, dsb. Diperkirakan ukuran panjang terkecil yang memiliki arti (disebut juga kuantum panjang atau panjang Planck) adalah 10 pangkat minus 33 atau 0,000000000000000000000000000000001 cm. Inti atom seratus milyar kali lebih besar dari panjang Planck ini! Dengan kata lain, bendanya terus ada, tapi kita tidak mampu lagi mengamatinya. Benar apa yang Allah SWT firmankan, “sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al-Qamar [54]:49).
Seperti apa proses pergantian wujud dari bentuk materi ke bentuk energi, sehinnga tidak dapat terindrai? Ada sebuah eksperimen cerdas yang dilakukan di pusat nuklir Uni Eropa CERN di Jenewa Swiss. Para peneliti mencoba menggunakan partikel akselerator. Salah satu bagian dari partikel yang disebut neutron, diputar berlawanan dengan arah spin-nya yang sebenarnya. Artinya, satu diputarkan kea rah kiri dengan kecepatan penuh, dan satu lagi ke sebelah kanan dengan kecepatan penuh pula. Mereka pun dibuat bertabrakan dengan target tetap atau dengan sesamanya. Ketika bertabrakan, mereka pun tidak lagi bisa diamati, alias hilang yang tinggal hanyalah energi.
Hasil percobaan ini bisa menjelaskan konsep anti dimensi atau dimensi baru. Bahwa sesuatu yang tunggal dan absolut memiliki energi yang maha dahsyat. Kita yang berkedudukan sebagai makhluk, bahasa yang digunakan masih berupa bahasa biner, satu dan nol atau nol dan satu, sedangkan Allah Al-Khaliq, bahasanya adalah qulhuwallahu ahad. Allah itu Ahad, tunggal dan tak terbagi. Ketika dua materi diputar dengan kecepatan sama, lalu ditabrakan, seolah-olah terjadi proses penyatuan, dari yang dua menjadi tunggal. Namun keduanya tidak akan pernah benar-benar bersatu. Mereka akan kembali berubah bentuk, karena mereka bukanlah Tuhan. Walaupun demikian, meskipun baru dua artikel atom saja yang digabungkan, tapi sudah tercipat energi yang besar sekali. Materinya tak lagi dapat dicermati, karena ia sudah berpindah ke dimensi lain yang tidak bisa lagi diamati manusia. Boleh jadi, itulah yang dinamakan dimensi malaikat, dimensi dimana Raqib dan ‘Atid mencatat semua amal yang kita lakukan. Kita pun melihat sebuah kenyataan bahwa keberadaan Allah yang absolut bisa dibuktikan dengan dua neutron yang ditabrakan, sehingga bisa memasuki dimensi yang tidak bisa terlihat.
Wallaahu a’lam.
Sumber :
Buku : “Ajaib bin Aneh : Jadi Insan Segala Tahu”
woww menarik...
BalasHapus