Sebuah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil bisa memicu terjadinya tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Di saentero alam semesta ciptaan Allah inilah, kita dapat mengamati dan mencermati berbagai system yang seimbang dan proporsional. Tanpa kita sadari, ada semacam jejaring halus yang menghubungkan setiap elemen kesemestaan. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jika tanpa pertimbangan dan perencanaan yang baik, akan berpotensi mendatangkan bencana di tempat lain.
Seorang ahli Geofisika cuaca bernama Edward Lorentz telah mengembangkan sebuah hipotesis yang menyatakan, bahwa sekecil apa pun perubahan yang terjadi, dampak yang ditimbulkan akan semakin meningkat magnitude-nya. Dia membukitkan, bahwa perbedaan satu digit saja data di belakang koma (0,000X) akan menimbulkan perubahan berantai yang hasil akhirnya akan berbeda secara signifikan. Kurva yang menggambarkan terjadinya perubahan ini disebut kurva Lorentz.
Terdapat kutipan sedikit kisah dari sebuah blog internet tentang kurva Lorentz ini. Suatu ketika, dalam usahanya untuk melakukan peramalan cuaca, Lorentz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan computer. Hasil perhitungannya itu kemudian digambarkan dalam bentuk kurva dalam format enam angka di belakang koma (…,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (…,506) dan cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, Lorentz dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya, kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang sama sekali berbeda. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “efek kupu-kupu” (butterfly effect). Efek ini mengibaratkan kepakan sayap kupu-kupu di Brasil (setara dengan pengabaian angka sekecil 0,000127) akhirnya mampu memicu terjadinya badai Tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Itu artinya, sekecil apa pun tindakan kita sekarang, pasti akan berdampak besar di kemudian hari. Konsep ini mengajari kita untuk berhati-hati dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Ide yang baik, perbuatan baik, pasti akan menghasilkan hal-hal yang baik pula. Sebaliknya, semua perbuatan buruk akan menghasilkan keburukan yang dahsyat di masa depan. Maka, berhati-hatilah dalam bertindak. Seperti, jangan membuang sampah sembarangan, merokok seenaknya, jahil kepada orang lain, dsb. Perbuatan-perbuatan ini, terkesan sepele, tapi efek yang ditimbulkannya bisa sangat fatal.
Di muka bumi ini, terdapat lima milyar lebih manusia. Masing-masing bergerak dan melakukan aktivitasnya masing-masing, entah itu baik atau buruk. Dengan berbagai aktivitas tersebut, maka akan ada bermilyar-milyar efek yang akan terjadi. Lalu, bagaimanakah kita memahaminya?
Sebetulnya, efek yang akan ditimbulkannya tinggal mengikuti hukum aksi dan reaksi Newton. Setiap aksi pasti menimbulkan reaksi dan kita tinggal mengakumulasikannya saja. Misalnya, ketika seseorang membuang sampah sembarangan, kemudian sikap ini ditiru banyak orang, akan timbul legitimasi bahwa membuang sampah sembarangan itu diperbolehkan. Jika sudah demikian, bencana banjir tinggal menunggu waktu saja. Yang terkena banjir boleh jadi bukan hanya mereka yang membuang sampah sembarangan, tapi juga orang-orang di tempat lain.
Dalam konteks yang lebih luas, secara fisikawi, tidak hanya terlihat pada aspek-aspek yang terekspresikan saja, tapi juga melibatkan aspek-aspek bawah sadar. Memang yang terjadi adalah hal kecil, tapi jika terakumulasi dan tidak ada penyeimbangnya, otomatis akan menjadi besar.
Di saentero alam semesta ciptaan Allah inilah, kita dapat mengamati dan mencermati berbagai system yang seimbang dan proporsional. Tanpa kita sadari, ada semacam jejaring halus yang menghubungkan setiap elemen kesemestaan. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jika tanpa pertimbangan dan perencanaan yang baik, akan berpotensi mendatangkan bencana di tempat lain.
Seorang ahli Geofisika cuaca bernama Edward Lorentz telah mengembangkan sebuah hipotesis yang menyatakan, bahwa sekecil apa pun perubahan yang terjadi, dampak yang ditimbulkan akan semakin meningkat magnitude-nya. Dia membukitkan, bahwa perbedaan satu digit saja data di belakang koma (0,000X) akan menimbulkan perubahan berantai yang hasil akhirnya akan berbeda secara signifikan. Kurva yang menggambarkan terjadinya perubahan ini disebut kurva Lorentz.
Terdapat kutipan sedikit kisah dari sebuah blog internet tentang kurva Lorentz ini. Suatu ketika, dalam usahanya untuk melakukan peramalan cuaca, Lorentz menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan computer. Hasil perhitungannya itu kemudian digambarkan dalam bentuk kurva dalam format enam angka di belakang koma (…,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (…,506) dan cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, Lorentz dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya, kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang sama sekali berbeda. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “efek kupu-kupu” (butterfly effect). Efek ini mengibaratkan kepakan sayap kupu-kupu di Brasil (setara dengan pengabaian angka sekecil 0,000127) akhirnya mampu memicu terjadinya badai Tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Itu artinya, sekecil apa pun tindakan kita sekarang, pasti akan berdampak besar di kemudian hari. Konsep ini mengajari kita untuk berhati-hati dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Ide yang baik, perbuatan baik, pasti akan menghasilkan hal-hal yang baik pula. Sebaliknya, semua perbuatan buruk akan menghasilkan keburukan yang dahsyat di masa depan. Maka, berhati-hatilah dalam bertindak. Seperti, jangan membuang sampah sembarangan, merokok seenaknya, jahil kepada orang lain, dsb. Perbuatan-perbuatan ini, terkesan sepele, tapi efek yang ditimbulkannya bisa sangat fatal.
Di muka bumi ini, terdapat lima milyar lebih manusia. Masing-masing bergerak dan melakukan aktivitasnya masing-masing, entah itu baik atau buruk. Dengan berbagai aktivitas tersebut, maka akan ada bermilyar-milyar efek yang akan terjadi. Lalu, bagaimanakah kita memahaminya?
Sebetulnya, efek yang akan ditimbulkannya tinggal mengikuti hukum aksi dan reaksi Newton. Setiap aksi pasti menimbulkan reaksi dan kita tinggal mengakumulasikannya saja. Misalnya, ketika seseorang membuang sampah sembarangan, kemudian sikap ini ditiru banyak orang, akan timbul legitimasi bahwa membuang sampah sembarangan itu diperbolehkan. Jika sudah demikian, bencana banjir tinggal menunggu waktu saja. Yang terkena banjir boleh jadi bukan hanya mereka yang membuang sampah sembarangan, tapi juga orang-orang di tempat lain.
Dalam konteks yang lebih luas, secara fisikawi, tidak hanya terlihat pada aspek-aspek yang terekspresikan saja, tapi juga melibatkan aspek-aspek bawah sadar. Memang yang terjadi adalah hal kecil, tapi jika terakumulasi dan tidak ada penyeimbangnya, otomatis akan menjadi besar.
Sumber:
Buku: "Ajaib bin Aneh : Jadi Insan Segala Tahu"
Komentar
Posting Komentar