Pernahkan berpikir bagaimana sistem pertahanan tubuh bekerja? Dalam tubuh manusia terdapat sebuah organ bernama kelenjar timus yang terletak di rongga dada sebelah depan. Kelenjar timus berfungsi sebagai pesantren bagi sel-sel sistem pertahanan tubuh (sel limfosit T) agar mampu menjaga tubuh dari kehadiran unsur-unsur asing yang membahayakan.
Sebelum menjadi pekerja profesional, sel-sel limfosit T ini harus melalui empat tahap pembelajaran. Ketika masih bayi ia dikirim dari sumsum tulang (bon marrow) untuk belajar di pesantren timus, dengan tiga tahapan. Dengan bantuan seorang guru yang bernama sel dendritik, ia diperkenalkan dengan ciri dan tanda-tanda sel teman (tahap 1). Bila ia berhasil lulus dalam proses pengenalan dan identifikasi “teman sendiri” (tahap 2), ia akan dikirim untuk belajar di seluruh tubuh, semacam kerja praktik (tahap 3). Kampus induk mereka saat kerja praktik adalah sel-sel kubah yang berada di jaringan limfoid usus (palques peyeri). Mekanisme ini disebut homing (tahap 4).
Jika sel-sel pertahanan tubuh ini tidak lulus, mereka akan terkena eliminasi melalui mekanisme apoptosis. Sebuah mekanisme yang memprogram sebuah sel untuk mati secara terhormat. Mengapa? Karena sel tersebut gagal menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Agar tetap bermanfaat dan tidak ada yang sia-sia dalam proses penciptaan, seluruh elemen dari sel yang gagal tersebut didistribusikan secara merata kepada sel-sel lain yang lebih membutuhkan. Sebuah konsep indah tentang distribusi potensi, kontribusi, dan partisipasi dunia akhirat.
Melalui proses rekrutmen seperti ini, sistem kekebalan tubuh manusia dapat menjalankan tugas secara profesional. Oleh karena itu, walau jutaan bakteri dan virus datang silih berganti, mereka mampu mengenali serta mengatasinya.
Sumber:
Buku: “Ajaib bin Aneh : Jadi Insan Segala Tahu”
Komentar
Posting Komentar